Fenomena Artis Nyaleg, Pemilu Dianggap Momen Tingkatkan Popolaritas : Partai Harus Selektif!

Pengamat Politik Universitas Jenderal Achmad Yani atau Unjani Yogyakarta, Dr Muh Zaki Mubarrak. (Ist)

POJOKPOLITIK.COM- Jelang pesta demokrasi fenomena artis atau selebritis tanah air yang mencalonkan sebagai anggota Legislatif pada Pemilu 2024 melalui partai politik seolah menjamur.

Hal itu menarik perhatian sejumlah pihak. Tak terkecuali pengamat politik.

Pengamat Politik Universitas Jenderal Achmad Yani atau Unjani Yogyakarta, Dr Muh Zaki Mubarrak turut menyampaikan pandangannya terhadap fenomena tersebut.

Menurutnya, fenomena artis ikut nyaleg tidak mengagetkan, mengingat pada pemilu sebelumnya sudah banyak artis yang mengikuti kompetisi pemilu lima tahunan ini.

Hanya, hal ini masih dianggap sebagai suatu hal yang tabu dan diperdebatkan seperti tingkat kapabilitas dan kemampuan pada artis tersebut.

Ia mengingatkan, fenomena artis nyaleg ini jangan sampai masyarakat mendiskreditkan bahwa artis tidak memiliki kemampuan di bidang politik.

"Jangan semua lalu mendiskriminasikan bahwa artis tidak bisa sama sekali. Hanya apa yang kemudian dibutuhkan oleh negara ini adalah orang-orang yang punya kemampuan secara berkelanjutan demi memajukan kepentingan negara," tegas Zaki, Kamis (1/6/2023) dilansir dari sejumlah laman.

Namun jika yang bersangkutan (caleg) ini, lanjut Zaki, yang kebetulan latar belakangnya merupakan entertainer atau artis memiliki kemampuan kapasitas di bidang politik tidak akan menjadi sebuah persoalan besar.

Justru, hal itu akan mendapatkan dukungan dari masyarakat lantaran mempunyai kapabilitas di lingkup entertain dan juga di lingkup perpolitikan.

"Yang menjadi persoalan besar sekarang kan pencalonan legislatif dari artis ini hanya untuk meningkatkan popularitasnya si artis ini. Sebagai contoh beberapa waktu lalu ada artis yang ditanya oleh masyarakat dan jawabannya juga ga nyambung. Ini yang kita sesalkan," ungkap dosen Bidang Akademisi Hukum Administrasi Negara Unjani ini.

Saat ditanya pandangannya secara pribadi, Zaki menilai bahwa si artis tersebut benar-benar tidak memiliki kemampuan berpolitik atau hanya sekedar memanfaatkan popularitas saja.

Karena di beberapa hal saja yang dimiliki oleh pihak oknum artis ini sehingga dibutuhkan pengetahuan yang baik soal politik.

"Tentu saja bagi saya partai harus benar-benar selektif dalam memilih calon-calon legislatif ke depan. Atau bahkan jangan sampai partai ini hanya justru memanfaatkan popularitas dari adanya artis itu," sebut Zaki.

Lebih lanjutnya, pemanfaatan popularitas ini pun juga terjadi pada sistem pemilunya.

Artinya, yang terpenting mendapatkan pendukung yang banyak, yang mencoblos partai itu pun banyak dan kemudian terpilih.

Untuk mengetahui track record semacam ini bisa dikategorikan sebagai sebuah kegagalan partai dalam membuat kader-kader tersebut berkualitas.

"Sehingga dari itu semua pihak partai membutuhkan pengepul suara dari pihak selebritis ini," terangnya.

"Sekali lagi jika si artis ini punya kemampuan dan kapasitas sesuai dengan ilmunya, ya kita clear-clear saja dan masyarakat juga ga masalah. Tapi kemudian kalau si artis ini kopong, ya mau di bawa kemana arah negara kita ini," lanjut Zaki menegaskan.

Zaki kembali menekankan, bahwa pihaknya menduga fenomena dari kalangan selebritis dalam mencalonkan legislatif ini pihak partai politik tidak mampu melihat kapasitasnya melainkan hanya melihat popularitasnya.

Hal yang dibutuhkan utama dari parpol itu adalah mendapatkan suara. Meski saja partai-partai yang berada pada urutan lima besar telah banyak merekrut dari kalangan artis.

"Bagi saya partai politik atau parpol yang berkualitas itu adalah mendapatkan poin suara terbanyak dari masyarakat bukan dari memanfaatkan popularitas artis ketika jadi Caleg. Jadi, intinya manfaatkan kualitas partai jangan kapasitas dan popularitas saja," ujarnya mengakhiri. (*)

Komentar

Loading...