Bank Dunia ungkap makanan bergizi gratis tak efektif tangani stunting. (Foto : Int) |
POJOKPOLITIK.COM- Satu kabar mengejutkan diungkap Bank Dunia (World Bank) terkait program makan bergizi gratis yang akan diterapkan Indonesia.
Bank Dunia menilai program makan gratis dinilai tak efektif untuk mengatasi stunting.
Seperti diketahui, program tersebut akan dijalankan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dengan anggaran Rp 71 triliun pada 2025.
Dalam laporan terbaru Bank Dunia bertajuk Indonesia Economic Prospect edisi Juni 2024, Bank Dunia mengulas pembahasan tentang program makan bergizi gratis untuk anak sekolah dengan istilah school meals.
Kebijakan itu disebut sudah populer di berbagai negara.
"Tujuan pemberian makanan di sekolah terus berkembang, dengan semakin meningkatnya penekanan pada kualitas makanan, peran makanan dalam membangun ketahanan dan respons terhadap guncangan, serta memperkuat hubungan dengan pengembangan pasar lokal," tulis laporan Bank Dunia, dilansir dari detikFinance, Sabtu (29/6/2024).
Bank Dunia menyebut program makan gratis di sekolah tidak efektif mengatasi stunting, pasalnya stunting hanya dapat dicegah dalam periode 1.000 hari dari awal kandungan.
Meski begitu, program ini disebut bisa mengantisipasi gejala anemia pada anak.
"Makanan di sekolah mungkin berdampak pada keragaman pola makan dan anemia pada anak-anak yang bersekolah, meskipun hal ini bergantung pada komoditas spesifik yang ditawarkan," tulis laporan itu.
Bank Dunia juga menyebut program makan bergizi gratis di sekolah memiliki beberapa tujuan, antara lain meningkatkan kesehatan dan gizi, meningkatkan kehadiran dan pembelajaran, serta perlindungan sosial.
Selain itu, Bank Dunia menyebut program makan bergizi gratis memberikan manfaat bagi kesejahteraan ekonomi rumah tangga penerima manfaat.
Khususnya di daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi.
Dari segi biaya, modalitas intervensi yang dipilih (makanan, snack atau ransum yang dibawa pulang), kualitas makanan (komposisi dan ukuran), jenis pengadaan (lokal atau terpusat), jumlah penerima manfaat, lokasi geografis, logistik dan kondisi iklim akan sangat mempengaruhi.
"Penerapan atau perluasan program ini tidak boleh mengorbankan belanja yang lebih rendah atau perhatian pada intervensi modal manusia penting lainnya. Secara keseluruhan, penting untuk mendefinisikan dan menetapkan tujuan yang jelas untuk program-program tersebut," saran Bank Dunia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, tujuan makan bergizi gratis bisa membantu meningkatkan Program Penilaian Pelajar Internasional (Programme for International Student Assessment/PISA).
"Kan tujuan makanan bergizi itu untuk pertumbuhan dan yang lain, supaya targetnya PISA," kata Airlangga kepada wartawan di, Jakarta Pusat, Jumat (28/6/2024) kemarin.
Skor PISA Indonesia yang menilai dan mengevaluasi kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam membaca, matematika dan sains, secara konsisten masih berada di bawah rata-rata standar Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD).
Rata-rata skor matematika siswa Indonesia adalah 366 poin, sementara rata-rata OECD adalah 472 poin.
Dalam membaca, skor rata-rata siswa Indonesia adalah 359 poin, sedangkan rata-rata OECD adalah 476 poin.
Sementara itu, dalam sains, siswa Indonesia memperoleh skor rata-rata 383 poin dibandingkan dengan rata-rata OECD sebesar 485 poin.
Bahkan skor membaca mencatatkan skor terburuk sejak tahun 2000, di mana Indonesia pertama kali mengikuti tes ini.
Keanggotaan OECD tidak hanya didasarkan pada kriteria ekonomi, tetapi juga mencakup kualitas pendidikan, kebijakan sosial, dan tata kelola yang baik.
Skor PISA Indonesia yang konsisten rendah selama 23 tahun terakhir menunjukkan tantangan besar dalam memenuhi standar pendidikan OECD. (*)