Tak Lolos Parlemen, Shohibul Anshor Mencurigai Nasib PPP Diakibatkan Kebrutalan Pemilu 2024

POJOKPOLITIK.COM- PPP gagal lolos ke DPR untuk pertama kalinya karena belum mampu melampaui ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) 4 persen pada Pileg DPR RI 2024.

Hal ini diketahui berdasarkan hasil rekapitulasi tingkat nasional yang dilakukan KPU RI terhadap perolehan suara di 38 provinsi dan 128 wilayah luar negeri pada Rabu (20/4/2024) malam lalu.

Dari hasil itu, PPP mendapatkan 5.878.777 suara dari total 84 daerah pemilihan (dapil). Dibandingkan dengan jumlah suara sah Pileg DPR RI 2024 di yang mencapai 151.796.630 suara, PPP hanya meraup 3,87 persen suara.

Mengacu pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, partai politik yang gagal meraup sedikitnya 4 persen suara sah nasional tidak dapat mengonversi suaranya menjadi kursi di Senayan.

Menyahuti hasil tersebut, pengamat politik, Shohibul Anshor Siregar mencurigai kegagalan PPP diakibatkan kebrutalan pemilu 2024.

"Saya tidak tahu apakah mereka dari PPP akan menerima atau menggugat hasil pemilu 2024. Tetapi kesan umum pemilu 2024 sebagaimana ditegaskan mantan wapres JK, yakni brutal, timbul dugaan jangan-jangan nasib PPP diakibatkan brutalitas pemilu itu," ungkap Shohibul kepada awak media, Jumat (22/4/2024).

Akademisi sosial politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) ini juga menduga ada kesan kuat kegamangan PPP menyandang identitas yang bagi kebanyakan orang di Indonesia dikenali sebagai partai berbasis Islam.

"Tampak selalu canggung. Barangkali ada niat membangun image Islam toleran, moderat dan semisalnya. Namun tak mudah melihat fakta bahwa ia serius untuk itu," ucapnya.

"Hal lain, PPP tampak mengalami kelangkaan sumberdaya, termasuk teknokrat yang faham masalah kenegaraan, pembangunan dan wawasan kebersgamaan," sambungnya.

Shohibul juga menilai faktor lain yang perlu dicurigai, yakni jaraknya yang terus melebar dengan komunitas terbesar muslim di Indonesia seperti NU yang mungkin lebih dekat ke partai lain, sebagaimana Muhammadiyah lebih dekat dengan bukan PPP.

"Rewind dukungan seperti masa lalu memerlukan kajian yang menghasilkan revitalisasi menyangkut bidang yang luas. Saya agak waswas apakah PPP dalam setahun ke depan akan dapat segera melakukan ijtihad untuk keluar dari keterpurukan," ucapnya mengakhiri. (*)

Komentar

Loading...